EX-MACHINA (2015)
Caleb memenangkan undian untuk datang ke
fasilitas riset rahasia milik Nathan, yang merupakan pemilik perusahaan search engine bernama Blue
Book, tempat ia bekerja sebagai programmer. Tanpa pikir panjang, Caleb pun
datang menuju tempat Nathan di tengah hutan yang alami dan sejuk, serta
terpencil. Awalnya, Caleb tidak tahu untuk apa lagi setelah ia datang ke tempat
tersebut. Setelah menandatangani surat perjanjian, Nathan pun memberitahu Caleb
bahwa ia telah membuat robot dengan kecerdasan buatan, dan tugas Caleb
adalah mengujinya dengan Turing
Test
Dari situlah, perkenalan awal Caleb dengan
sang robot berkecerdasan buatan bernama Ava bermula. Dari pertemuan awal tersebut,
Caleb memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana terkait jati diri Ava. Di balik
layar, ada Nathan yang mengawasi dan selalu mencatat setiap perkembangan dari
Ava melalui kamera tersembunyi di ruangan tempat mereka berbicara. Semakin
lama, Caleb semakin akrab dengan Ava. Sebagai ganti dari Caleb yang mencoba
mencari tahu siapa dirinya, Ava pun ingin tahu lebih banyak lagi mengenai
Caleb. Hingga suatu ketika, Ava membicarakan sesuatu yang bersifat menggoyahkan
pemikiran Caleb di tempat tersebut.
Tugas Caleb menguji Ava dengan Turing Test adalah untuk
menguji apakah ia memang sedang berinteraksi dengan seorang manusia atau
sebuah komputer/mesin. Tapi dalam benak Caleb, ia berfikir mengapa harus
mengujinya jika hanya dengan melihat penampakan luarnya saja sudah seperti
robot. Berbeda dengan Nathan, ia justru beranggapan bahwa dengan menunjukkan
bentuk asli Ava, akankah Caleb masih berfikir ia robot dengan segala kecerdasan
yang dimilikinya layaknya manusia. Dari sini, pemikiran saya langsung
terpancing untuk mengikuti ceritanya lebih dalam lagi, termasuk tujuan
misterius mengapa Nathan membuatnya.
Sejak awal, Ex Machina sudah memberikan
alur yang penuh misteri, termasuk Nathan yang menurut saya adalah misteri
paling utama. Ditambah set lokasi yang lebih banyak dihabiskan dalam
ruangan, membuat atmosfer penuh misteri dan tanda tanya dalam benak saya.
Mungkinkah Nathan memanfaatkan caleb, pikir saya saat itu. Apalagi, Nathan
begitu menjaga kerahasiaannya mengenai pengembangannya pada Ava. Ia hidup
dengan anti-sosial. Sikapnya juga terkadang dingin pada Caleb terkait
pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya. Di rumah bawah tanah
tersebut, Nathan hanya tinggal berdua dengan pembantu wanitanya yang bernama
Kyoko, yang sangat jarang berbicara, dan lagi-lagi kesan misterius benar-benar
ditonjolkan di sini.
Karakter Avadigambarkan begitu sempurna
dengan kemampuannya yang benar-benar mirip manusia. Mulai dari cara ia bertanya
dengan pertanyaan yang mengintimidasi Caleb, hingga bagaimana ia memilih
pakaian yang tepat untuk ia pakai. Kemampuannya dalam mengolah segala
pengetahuan berasal dari sinkronisasi otaknya dengan Blue Book.
Seperti layaknya seorang pria bertemu dengan wanita atau sebaliknya, Caleb dan
Ava tidak bisa menghindari perasaan tersebut. Saya sudah tahu bahwa hubungan
Caleb dan Ava pasti akan mengarah ke sini, tapi kita hanya dapat melihat dari
sudut pandang Caleb saja. Hubungan dekat antara Caleb dan Ava hanya terjadi
melalui percakapan-percakapan yang awalnya merupakan bagian dari tes, kemudian
berlanjut ke percakapan yang lebih bersifat pribadi.
Caleb sudah jatuh cinta pada Ava. Kemudian
ia buktikan kesungguhan cintanya itu dalam sebuah secret plan mereka
berdua. Dari titik ini, penonton semakin yakin bahwa Caleb sangat mencintai
Ava, tapi tidak tahu bagaimana perasaan Ava sendiri terhadap Caleb. Benarkah
Ava juga mencintai Caleb, ataukah ia murni pemrograman dari Nathan. Kita pasti
sudah bisa menduga sebelumnya, bahwa Nathan begitu terobsesinya dengan hal
berbau ‘seksualitas’. Bisa jadi, Ava adalah calon ‘boneka’ yang perlu
digembleng agar lebih ‘matang’ lagi, dan Caleb lah orang terpilih sebagai
pengujinya. Bagaimana dengan Kyoko?, bisa saja disebut sebagai boneka
yang sudah sempurna
Film ini bertemakan Artificial
Intelligence, Apabila manusia itu
tidak merasa tengah berinteraksi dengan komputer/robot melainkan makhluk hidup,
maka artificial intelligence itu
dinyatakan berhasil.kebanyakan film A.I memberikan kesimpulan dengan menunjukan
sang robot dapat lebih baik dari manusia, Pada akhirnya, Ex Machina adalah drama sci-fi psikologis
tentang prasangka, teror, dan empati. Ending film yang mind-blowing
mengisyaratkan bahwa ini bukan sekedar pertarungan antara manusia dan A.I.
namun juga sedikit menyindir persaingan gender. Tak sekedar mengambil
embel-embel "sci-fi" sebagai bahan jualan, namun mengeksplorasi lebih
jauh tentang sisi emosional dari tindakan manusia yang ingin menjadi seperti
Tuhan, dan robot yang ingin menjadi seperti manusia, serta bagaimana
konsekuensinya bagi dunia dan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar